Rabu, 18 September 2013

SENI RUPA MODERN DI INDONESIA (Sm1 XII SMA)

PERIODISASI PERKEMBANGAN SENI RUPA MODERN DI INDONESIA       

Seni rupa modern yang berkembang di Eropa sejak awal abad ke-19 pengaruhnya masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20. Adalah Raden Saleh seorang anak bangsa yang telah belajar seni lukis dan mengembara di Eropa selama kurang lebih 20 tahun pulang ke Indonesia dengan membawa gaya dan teknik melukis yang diperoleh di Eropa.
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat (alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan
C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.
Para ahli menetapkan sejak kepulangan R. Saleh itulah dimulai perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Dalam perkembangannya seni rupa modern di Indonesia mengalami periodisasi sebagai berikut.
1. Periode Perintisan (1817-1880)
2. Periode Indonesia Jelita ( Indie Mooi )
3. Periode Cita Nasional
4. Periode Pendudukan Jepang
5. Periode Setelah Kemerdekaan
6. Periode Pendidikan Formal
7. Periode Seni Rupa Baru Indonesia

1- Periode Perintisan
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik) yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :
•Bergaya natural dan romantisme
•Kuat dalam melukis potret dan binatang
•Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
•Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang.

Karya Raden Saleh:
•Hutan terbkar • Perkelahian antara hidup dan mati •Pangeran Diponegoro
•Berburu Banteng di Jawa •Potret para Bangsawan


Karya Raden Saleh Sjarief Bustaman,  berjudul"DIE LOWENJAGD" tahun 1840.
Pada tanggal 18 Nopember 2005 di Cologne (Jerman) lukisan tersebut laku terjual 805.000,- Euro (atau sekitar 11,77 milyar rupiah). Gambar diambil dari www.iwandahnial.files.wordpress.com/2008/05/raden...
2- Periode Hindia Jelita/Indonesia Molek (Mooi Indie)
Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia. Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat dan sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam Indonesia.

Pelukis Indonesia Molek :
•Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
•Mas Pirngadi (1875-1936)
•Wakidi
•Basuki Abdullah
•Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
•Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli (Itali), Lee Mayeur (Jerman) dan W.G. Hofker (Bld), Strasser (Swiss) dll.

Ciri-ciri lukisan :
•Pengambilan obyek alam yang indah
•Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
•Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spiritual
•Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.


3- Periode Cita Nasional/PERSAGI
Bangkitanya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan seniman pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.

Hasil karya mereka mencerminkan :
• Mementingkan nilai-nilai psikologis;
• Tema perjuangan rakyat ;
• Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
• Memiliki kepribadian Indonesia ;
• Didasari oleh semangat dan keberanian;

Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
• Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
• S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
• Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian


4- Periode Pendudukan Jepang
Hal-hal yang mewarnai perkembangan seni rupa di Indonesia pada masa pendudukan Jepang antara lain:
-       Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi.
-       Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.
-       Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.

Pada masa pendudukan Jepang ini terkesan ada dua kubu seniman, yakni seniman-seniman yang pro terhadap Jepang mereka bergabung dan berkarya dalam wadah Keimin Bunka Shidhoso. Sedangkan yang kontra Jepang memilih masuk ke dalam kelompok PUTERA.
Hasil karya mereka mencerminkan :
•Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional.
Tokoh utama pada masa ini antara lain:
•S. Sudjojono
•Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
•Agus Djajasumita, Barli
•Affandi, Hendra dan lain-lain


5- Periode Pasca Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
a.    Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.
b.    Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.
c.    Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.


 6- Periode Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan berdirinya pendidikan pendidikan formal seperti:
ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) berdiri tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta yang diprakarsai oleh R.J. Katamsi.
Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang Universitas Negeri) yang tersebar di Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya pendidikan keseniaa mulai masuk ke dalam kkurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Dari Masa Pendidikan Formal lahir pelukis-pelukis akademis seperti: Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung)


7- Periode Seni Rupa Baru Indonesia
Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.

Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
•Tidak membeda-bedakan disiplin seni
•Mengutamakan ekspresi
•Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
•Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
•Besifat eksprimental
Pelopor Masa Indonesia Baru :
•Jim Supangkat,
•Nyoman Nuarta,
•S. Primka,
•Dede Eri Supria,
•Redha Sorana dan sebagainya


Referensi:
http://bonengsedunia.blogspot.com/2012/10/pembabakan-seni-rupa-modern-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar